Example floating
Example floating
BeritaDaerahPemkab TapselRilisSumutTapanuli Selatan

Anggaran Dipotong Rp368,5 Miliar, Gus Irawan Yakin MBG Bisa Jadi Penyelamat Ekonomi di Tapsel

28
×

Anggaran Dipotong Rp368,5 Miliar, Gus Irawan Yakin MBG Bisa Jadi Penyelamat Ekonomi di Tapsel

Sebarkan artikel ini
Bupati Tapsel, Gus Irawan Pasaribu
Bupati Tapsel, Gus Irawan Pasaribu. (Foto: Ist)

PIONERNEWS.COM, TAPANULI SELATAN – Bupati Tapanuli Selatan (Tapsel), Gus Irawan Pasaribu, mengaku akan coba mengakseralasi pertumbuhan ekonomi Tapsel lewat program makan bergizi gratis (MBG) usai kebijakan pemotongan anggaran yang dilakukan pemerintah pusat ke daerah yang cukup mengganggu porsi APBD Tapsel.

Demikian disampaikan Gus Irawan saat diskusi panjang dengan tim media di QS Futsal Medan usai menghadiri acara bersama para kepala daerah se-Sumut, Sabtu (18/10/2025). Dia mengungkapkan potongan transfer keuangan daerah ke Tapsel tahun ini mencapai Rp113,5 miliar. Dan tahun depan, potongan bertambah lagi menjadi Rp255 miliar.

“Itu sudah conform. Saat bertemu dengan para kepala daerah se-Sumut baru saya tahu bahwa, potongan terbesar itu untuk Tapsel. Jadi, dalam dua tahun ini pemotongan transfer pusat ke Tapsel itu sudah mencapai Rp368,5 miliar,” ujarnya.

Menurutnya, situasi ini tentu tidak mudah dan sangat berat untuk dilalui. Dan dari 2024 ke 2025 anggaran belanja pegawai di Tapsel naik Rp200 miliar karena menanggung gaji Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK), yang makin menambah berat kondisi keuangan di Tapsel.

“Karena kondisi ini, saya coba mengakselarasi MBG yang sampai sekarang baru beroperasi dua dapur, sebutnya.

Menurut hitungannya, akselarasi MBG ini mampu menggerakkan ekonomi Tapsel akibat pemotongan dari pemerintah pusat.

“Mari kita hitung. Dengan akseralasi MBG di Tapsel yang menyasar 91 ribu target sasaran maka per hari uang yang akan beredar di SPPG (satuan pelayanan dan pemenuhan gizi) dan dapur MBG mencapai Rp1,4 miliar per hari. Per bulan akan sampai Rp35 miliar dan per tahun hitungan kita Rp400 miliar,” jelasnya.

Maka menurutnya, dengan putaran uang hingga Rp400 miliar dari MGB pihaknya berkomitmen untuk tetap memberdayakan potensi warga lokal. Untuk memastikan keterlibatan warga lokal, ia bahkan sudah membentuk satuan tugas (Satgas) MBG.

Gus Irawan cukup yakin MBG ini jadi pendorong pertumbuhan. Sewaktu kuliah dulu, ia ingat ekonomi harus tumbuh dan merata. Namun kalau sekarang, sumbernya dari pertumbuhan dan distribusi. Maka, ia yakin konsep itu bagus dan berkeadilan.

“Coba bayangkan jika semua peluang didapatkan pelaku usaha di daerah termasuk pengusaha mikro. Harapannya, semua kebutuhan untuk dapur makan bergizi gratis dihasilkan daerah setempat. Dari kabupaten yang sama dan kecamatan yang sama,” ungkap Bupati.

Untuk mencapai itu, Gus Irawan menyatakan sudah ada pemetaan di Tapsel daerah mana misalnya yang bagus untuk pemenuhan buah pisang. Kemudian pemenuhan protein dari daging ayam untuk diternakkan sampai pada ketersediaan pakan.

“Termasuk yang sedang gencar kita dorong agar Tapsel menjadi sentra produksi ikan. Setiap desa kita baca potensinya dan kita minta kembangkan apa yang bisa dihasilkan untuk MBG,” cetusnya.

Tentunya, hal ini akan dikaitkan lagi dengan penggunaan dana desa yang seharusnya alokasi 20 persen digunakan untuk ketahanan pangan. Jadi setiap desa bisa memilih potensi ketahanan pangannya dari komoditas apa. Memang belum ideal, tapi ia berharap, menjadi dorongan pertumbuhan dari sisi produksi komoditas.

Jika dikalkulasi, dengan 91 ribu penerima manfaat MBG, misalnya dalam satu hari menunya ikan, maka disiapkan 91.000 ekor ikan. Besoknya menunya ayam, maka disiapkan 91.000 potong ayam. Lusa telur, maka harus ada 91.000 butir telur.

“Selanjutnya, ada makanan penambah, misalnya, pisang. Maka dalam packing MBG itu harus ada 91.000 buah pisang,” urai Gus Irawan.

Bupati mengaku sedang menyiapkan ekosistem yang nantinya berputar dengan sendirinya untuk memenuhi dapur-dapur MBG yang beroperasi. Intinya, pihaknya menggali semua potensi yang dimiliki untuk memenuhi bahan makan bergizi gratis.

“Ekosistem ini juga nanti akan dilibatkan dengan koperasi merah putih yang bisa beroperasi sebagai koperasi produksi,” imbuhnya.

Mitigasi Keracunan

Saat disinggung banyaknya siswa di berbagai wilayah yang keracunan karena mengonsumsi MBG, Bupati mengaku sudah mengantisipasinya. Ia sudah minta tim khusus untuk merunut dan menginventarisasi hal-hal apa saja yang menyebabkan banyak kasus keracunan.

“Yang dilaporkan ke saya, keracunan dominan akibat makanan basi,” tutur Gus Irawan.

Ia meneramgkan, dalam aturan Badan Gizi Nasional (BGN) sudah ada kriteria makanan yang disajikan dalam MBG. Memasak pun harus jam 2 sampai 3 pagi. Maka, hal itu menjadi perhatian khusus pihaknya, termasuk aturan-aturan lain. Lalu target sasaran dari posisi dapur juga tidak lebih 30 menit waktu tempuhnya.

“Ada jadwal pemberangkatan dan sampai jam berapa harus di lokasi. Saya minta tim agar ini diperhatikan betul,” tegasnya.

Oleh karenanya, menurut dia, Satgas yang dibentuk harus difungsikan agar operasional MBG memenuhi standar. Sebab bisa saja yang keracunan itu makanan yang dimasak jam 10 atau 11 malam. Selesai dimasak kemasan, tidak boleh juga langsung ditutup, yang seperti ini menjadi perhatian khusus baginya.

Gus Irawan Pasaribu memberi penugasan khusus ke Dinas Kesehatan Tapsel sebagai bagian dari Satgas untuk menguji kecukupan gizi tiap produk makanan yang dibagikan. Termasuk, memenuhi semua operator MBG dengan sertifikat ke-khusus-an agar bekerja sesuai SOP.

Selain hal tersebut, Gus Irawan juga memastikan 42 lokasi yang masuk daerah 3T (terluar, terdepan, tertinggal) di Tapsel akan terjangkau program ini. Misalnya, tidak mungkin SPPG di Sipirok yang mendistribusikan MBG ke daerah terluar itu, karena butuh waktu 4 sampai 5 jam perjalanan.

Khusus 42 daerah terpencil ini sudah ada ketetapan dari BGN. Pihaknya, sudah merancang, walaupun hanya menyasar 63 orang target sasaran atau di bawah 100 orang maka dibuat dapur khusus MBG di sana. Intinya, penerima manfaat tetap mendapatkan MBG tak kurang dari 30 menit.

Gus Irawan mengaku sangat memperhatikan daerah 3T ini. Bahkan, jika disuruh memilih, ia akan lebih mendahulukan daerah terpencil dulu. Karena tidak adil baginya, kalau hanya fokus di perkotaan.

Oleh sebab itu, ia paham betul, jika MBG ini, disamping untuk memenuhi gizi dan mengatasi stunting, tentu juga mendorong potensi ekonomi. Harus diakui, program ini sangat bagus karena ditujukan juga untuk pemerataan ekonomi.

“Istilah ini sudah jarang kita dengar karena lebih populer dengan pertumbuhan yang inklusif. Dengan semua kajian dan tata kelola yang kita siapkan, harapannya MBG mengakselarasi ekonomi Tapsel dengan tetap menjaga gizi para penerima manfaat,” pungkas Bupati menutup. (Rel/Reza FH)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *