Example floating
Example floating
BeritaDaerahKesehatanSumutTapanuli Selatan

Menambang Terang dari Gelap, Kisah PTAR Nyalakan Lentera Mata Penderita Katarak

19
×

Menambang Terang dari Gelap, Kisah PTAR Nyalakan Lentera Mata Penderita Katarak

Sebarkan artikel ini
General Manager Operations & Deputy Director Operations PTAR, Rahmat Lubis, kala menyapa dan menanyakan perasaan salah seorang pasien sebelum menjalani operasi katarak gratis yang digelar tambang emas Martabe
Menyapa: General Manager Operations & Deputy Director Operations PTAR, Rahmat Lubis, kala menyapa dan menanyakan perasaan salah seorang pasien sebelum menjalani operasi katarak gratis yang digelar tambang emas Martabe. (Foto: Ist)

PIONERNEWS.COM, TAPANULI SELATAN – Siang itu, Jumat (24/10/2025), ruang operasi di RSUD Sipirok terasa berbeda. Di balik ruangan serba putih persis di atas ranjang ruangan, terdengar helaan napas penuh harap. Seorang lelaki paruh baya memegang tangan anaknya erat-erat.

Di matanya tak bisa ditepis rasa gugup, tapi cahaya kecil semangat harapan untuk bisa kembali melihat dunia, juga tidak bisa disembunyikan. Berjuang bertahun-tahun untuk bisa tetap melihat di tengah penyakit bernama, katarak, tentu membuat Safrizal Tanjung (64), gusar.

Rasa kepedulian General Manager Operations & Deputy Director Operations PTAR, Rahmat Lubis, saat memberi semangat kepada Maria Anjelia Aritonang, gadis 18 tahun asal Kolang, Kabupaten Tapanuli Tengah, usai menjalani operasi katarak gratis kedua demi kesembuhan matanya
Kepedulian: Rasa kepedulian General Manager Operations & Deputy Director Operations PTAR, Rahmat Lubis, saat memberi semangat kepada Maria Anjelia Aritonang, gadis 18 tahun asal Kolang, Kabupaten Tapanuli Tengah, usai menjalani operasi katarak gratis kedua demi kesembuhan matanya. (Foto: Ist)

Hari-harinya sebagai pedagang kecil di sebuah Kecamatan bernama Panyabungan, Kabupaten Mandailing Natal, begitu penuh perjuangan lantaran harus hidup dengan mata katarak. Bahkan, sudah dua tahun ia hidup dalam kabut tebal akibat katarak. Dunia di matanya seolah mulai memudar kemarin.

Beruntung, Safrizal memiliki teman yang memberinya secercah cahaya tentang adanya kepedulian perusahaan pendulang emas, PT Agincourt Resources (PTAR) namanya. Teman Safrizal, mengaku juga sudah berhasil sembuh usai mengikuti operasi katarak gratis yang diadakan perusahaan pengelola tambang emas Martabe di Tapanuli Selatan itu.

Kabar ini, tentu tak disia-siakan Safrizal. Bak mendapat durian runtuh, ia menyambut harapan itu dengan mengikuti operasi katarak gratis tambang emas Martabe yang kebetulan diadakan di RSUD Sipirok. Meski ia harus menempuh jarak 5 jam dari Rumahnya, namun hal itu tak membuatnya surut untuk sembuh.

“Kami ada sembilan orang rombongan dari Panyabungan. Dengar kegiatan ini dari teman. Operasinya nggak sakit, cuma sebentar. Semoga bisa melihat lagi. Alhamdulillah, rasanya seperti mimpi,” ujarnya yang tak bisa menutup keharuan meski matanya yang menderita katarak diperban usai menjalani operasi.

Di sudut lain, kisah yang lebih menyentuh datang dari Maria Anjelia Aritonang, gadis 18 tahun asal Kolang, Kabupaten Tapanuli Tengah. Sejak duduk di bangku Sekolah Dasar, mata kirinya buta karena kecelakaan kecil, tertusuk pensil oleh teman sekelasnya.

Empat tahun terakhir, dunia di sisi kirinya gelap. Ia menjalani hidup hanya dengan satu mata. Namun ketika mendengar kabar operasi gratis Tambang Emas Martabe di RSUD Pandan, ibunya segera mendaftarkan. Baginya, setiap detik pemulihan adalah mukjizat, agar bisa melihat dengan dua mata yang sempurna.

Setelah operasi pertama, tim dokter melihat keajaiban. Semangat Anjelina, menyulut potensi kesembuhan yang besar bagi matanya. Seakan tak pernah menyerah untuk sembuh, gadis jelita ini kembali datang ke RSUD Sipirok untuk mengikuti operasi lanjutan.

“Kami memintanya datang ke Sipirok untuk operasi lanjutan,” ujar dr Syarifuddin, Direktur RS Mata Mencirim 77 Medan.

Gerakan Kemanusiaan Nyalakan Harapan

Di luar ruangan operasi, terlihat sosok Rahmat Lubis, General Manager Operations & Deputy Director Operations PT Agincourt Resources (PTAR), yang berdiri memperhatikan serius satu per satu pasien yang tengah menjalani operasi. Di matanya, tercermin rasa penuh harap agar lewat operasi bertajuk, ‘Buka Mata, Lihat Indahnya Dunia’ ini, kisah hidup para pasien akan berubah selamanya.

“Bagi kami, melihat mereka tersenyum bahagia dari kegelapan, merupakan perasaan luar yang luar biasa senang yang tak bisa diungkapkan,” ungkap Rahmat, yang tak juga mampu menyembunyikan keharuannya.

Selain sebagai kegiatan sosial tahunan yang langsung memberi dampak bagi penerima manfaatnya, bagi Rahmat, operasi katarak gratis tambang emas Martabe ini juga menjadi sebuah gerakan kemanusiaan yang telah menyalakan harapan bagi ribuan orang selama lebih dari satu dekade.

Sejak pertama kali digelar pada 2011, program ini telah memulihkan 12.896 mata dari kegelapan. Tahun ini, PTAR menargetkan 1.400 mata untuk dioperasi di lima rumah sakit, RS Bhayangkara Batang Toru, RSUD Pandan, RSUD Sipirok, RS Mata Siantar, dan RS Mata Mencirim 77 Medan.

“Hingga hari ini, sudah 723 mata yang dioperasi. Kami ingin menuntaskan target 1.400 mata tahun ini, sehingga totalnya lebih dari 13.000 mata bisa kembali melihat indahnya dunia sejak program ini dimulai,” kata Rahmat penuh keyakinan.

Salah seorang pasien terlihat dipapah oleh sejumlah relawan usai menjalani operasi katarak gratis yang digelar tambang emas Martabe
Dipapah: Salah seorang pasien terlihat dipapah oleh sejumlah relawan usai menjalani operasi katarak gratis yang digelar tambang emas Martabe. (Foto: Ist)

Rangkaian kegiatan yang dimulai dari RS Bhayangkara Batang Toru pada akhir September, disusul RSUD Pandan, lalu RSUD Sipirok di penghujung Oktober. Dari Batang Toru ke Pandan, dari Sipirok hingga nanti ke Medan, setiap perjalanan adalah kisah tentang cahaya. Cahaya yang kembali kepada mereka yang lama kehilangan penglihatan.

Pada momen krusial ini, PTAR turut menggandeng berbagai pihak antara lain, rumah sakit daerah, RS Mata Mencirim 77 Medan, dan Dinas Kesehatan Tapanuli Selatan. Mereka bekerja bahu-membahu, memastikan setiap pasien mendapat perawatan, pendampingan, hingga transportasi yang tak dibiarkan sendiri.

“Kami bahkan menanggung akomodasi pasien yang datang dari luar kota. Banyak di antara mereka harus menempuh perjalanan 4 sampai 5 jam. Semangat mereka luar biasa,” tutur Rahmat.

Untuk hari itu saja di RSUD Sipirok, 84 mata dari 68 pasien berhasil dioperasi. Suasana gedung rumah sakit yang tampak sederhana saat itu, seketika disulap hingga memiliki kisah-kisah ajaib yang terjadi di dalammya.

Di tengah persepsi masyarakat tentang dunia pertambangan yang keras, program ini menjadi bukti bahwa tambang juga bisa memberi kehidupan yang tak hanya mendulang emas dari perut bumi, tapi juga menggali cahaya dari hati manusia.

“Program ini bagian dari Sustainable Development Goals (SDGs) nomor 3 yang menjamin kehidupan sehat dan kesejahteraan di segala usia. Kesehatan masyarakat adalah bagian dari praktik pertambangan berkelanjutan yang kami jalankan,” jelas Rahmat.

Kepedulian itu tak berhenti di ruang operasi. Di setiap lokasi kegiatan, tim PTAR turut berinteraksi langsung dengan pasien dan keluarganya. Mereka mendengarkan cerita, memberi semangat, bahkan menenangkan yang cemas. Bagi mereka, program tanggung jawab sosial ini adalah wujud cinta kasih yang nyata.

Berkah Tak Ternilai

Senada disampaikan Bupati Tapanuli Selatan, H Gus Irawan Pasaribu, yang juga sempat meninjau langsung jalannya operasi. Ia tak kuasa menahan haru. Ia melihat sendiri bagaimana wajah-wajah masyarakat yang kembali bersinar setelah lama tenggelam dalam kegelapan.

“Setelah bertahun-tahun hidup dalam gelap, kini mereka bisa melihat dunia lagi. Ini berkah yang tak ternilai harganya,” sebutnya dengan mata berkaca-kaca.

Bupati Tapanuli Selatan, Gus Irawan Pasaribu, meninjau salah satu pasien di ruang operasi katarak gratis yang diadakan tambang emas Martabe
Tinjau: Bupati Tapanuli Selatan, Gus Irawan Pasaribu, meninjau salah satu pasien di ruang operasi katarak gratis yang diadakan tambang emas Martabe. (Foto: Ist)

Menurutnya, program ini telah melampaui batas administratif Tapsel. Pasien datang dari berbagai daerah Tabagsel, Sibolga, Tapanuli Tengah, hingga Medan. Semuanya membawa satu harapan,ingin melihat kembali.

Bupati berjanji akan memperluas publikasi agar semakin banyak masyarakat mengetahui dan ikut mendapatkan manfaat. Karena, dari setiap mata yang terbuka, akan ada kehidupan yang diselamatkan.

Di akhir kegiatan, matahari mulai condong ke barat. Satu per satu pasien keluar dari ruang operasi dengan mata tertutup perban, namun hati mereka terang-benderang. Di antara mereka, ada tawa, doa, dan ungkapan syukur yang tak terputus.

Bagi PTAR, setiap tatapan pertama setelah operasi bukan sekadar hasil medis, itu adalah kemenangan kemanusiaan. Kemenangan yang lahir dari kolaborasi, cinta, dan keyakinan bahwa, setiap orang berhak melihat indahnya dunia.

Dari Batang Toru hingga Medan, dari Safrizal hingga Anjelia, kisah ini terus berlanjut. Sebuah kisah tentang tambang yang tidak hanya mengambil sumber daya alam, namun juga menggali kembali cahaya dalam kehidupan manusia. (Reza FH)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *