PIONERNEWS.COM, PADANGSIDIMPUAN – Gerimis tipis menyapu Kota Padangsidimpuan, Senin (25/08/2025) pagi. Udara yang sejuk, ditambah aroma kopi yang menyeruak dari sudut sebuah kafe sederhana di pusat kota, menghadirkan suasana yang hangat sekaligus intim.
Di salah satu meja kayu sederhana, duduk santai Ketua Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Padangsidimpuan, Khairul Arief Nasution, dengan segelas kopi hitam yang masih mengepul.
Bagi sebagian orang, ngopi hanyalah rutinitas. Namun bagi Arief, sapaan karibnya, setiap tegukan kopi justru membuka ruang refleksi. Ia percaya, meja kopi bukan sekadar tempat melepas penat, melainkan ruang bertemu, berdialog, dan merawat semangat kebersamaan.
“Ngopi itu bukan hanya soal minum kopi, tapi tentang bertemu, berdialog, dan merawat kebersamaan,” ujarnya sambil tersenyum.
Kafe sebagai Laboratorium Gagasan
Kafe Hijrah, tempat Arief menikmati kopi pagi itu, memang punya reputasi sebagai salah satu titik temu berbagai kalangan di Padangsidimpuan. Dari jurnalis, mahasiswa, aktivis literasi, hingga komunitas kreatif, semua pernah singgah di sana.
Suasananya akrab, penuh tawa dan diskusi, seolah menghapus sekat di antara pengunjungnya. Bagi Arief, suasana inilah yang menjadikan kafe semacam Hijrah sebagai laboratorium gagasan.
Obrolan ringan tentang kehidupan sehari-hari bisa dengan cepat bergeser menjadi wacana serius tentang masa depan media siber, peran jurnalis di era digital, bahkan arah pembangunan kota.
“Kadang ide terbaik lahir dari obrolan sederhana, di meja kopi,” kata Arief.
Ia mencontohkan, tidak sedikit program SMSI lahir dari percakapan santai di tempat seperti ini. Dari ide-ide kecil yang dibicarakan sambil menyeruput kopi, berkembang menjadi agenda nyata yang memberi manfaat luas bagi masyarakat.
Jurnalisme yang Menghadirkan Solusi
Sebagai Ketua SMSI, Arief tentu tidak hanya bicara soal organisasi semata. Lebih dari itu, ia melihat media sebagai ruang yang mampu menghadirkan manfaat nyata bagi publik. Jurnalisme, baginya, bukan sekadar menyajikan berita, tetapi juga memberi solusi, membangun kesadaran, dan menginspirasi perubahan sosial.
Di kafe itu pula, obrolan bersama mahasiswa, aktivis, hingga pelaku UMKM mengalir tanpa batas. Semua terasa setara. Tidak ada sekat jabatan dan hierarki. Hanya gagasan, kejujuran, dan kebersamaan yang menjadi pengikat.
“Di meja kopi, semua bisa setara. Tidak ada sekat jabatan. Yang ada hanya gagasan dan kejujuran,” ucap Arief.
Hangatnya Kopi, Simbol Kebersamaan
Pagi itu, obrolan panjang ditemani kopi robusta lokal. Tawa, diskusi serius, dan percakapan ringan menyatu, seolah menjadikan Cafe Hijrah saksi tumbuhnya sebuah komunitas kecil yang terus melahirkan ide-ide baru.
Bagi Arief, nongkrong di kafe bukanlah gaya hidup yang hampa. Ia menyebutnya sebagai cara menjaga pikiran tetap waras dan nyala semangat, sebuah pengingat bahwa, media dan masyarakat selalu punya ruang untuk tumbuh bersama.
“Ketika kopi akhirnya habis dan siang mulai merayap, yang tersisa bukan hanya ampas di dasar gelas. Yang lebih penting adalah gagasan-gagasan segar yang siap dibawa pulang, untuk kemudian diwujudkan dalam langkah nyata,” pungkasnya. (Reza FH)