Example floating
Example floating
BeritaDaerahRilisSumutTapanuli Selatan

Sipirok menuju Kota Modern: Lokakarya Tabagsel Institvte Hadirkan Konsep ‘The Sustainable Center’

59
×

Sipirok menuju Kota Modern: Lokakarya Tabagsel Institvte Hadirkan Konsep ‘The Sustainable Center’

Sebarkan artikel ini
Bupati Tapsel Gus Irawan Pasaribu, memberikan sambutan pada acara lokakarya mendorong percepatan pembangunan Kota Sipirok sebagai pusat pemerintahan dan pertumbuhan ekonomi daerah (kanan) dan Wakil Bupati Jafar Syahbuddin Ritonga beserta Ketua Umum Yayasan Tabagsel Institvte Ayub Suleman Pulungan menandatangani serah terima rekomendasi hasil dari kegiatan tersebut (kiri)
Bupati Tapsel Gus Irawan Pasaribu, memberikan sambutan pada acara lokakarya mendorong percepatan pembangunan Kota Sipirok sebagai pusat pemerintahan dan pertumbuhan ekonomi daerah (kanan) dan Wakil Bupati Jafar Syahbuddin Ritonga beserta Ketua Umum Yayasan Tabagsel Institvte Ayub Suleman Pulungan menandatangani serah terima rekomendasi hasil dari kegiatan tersebut (kiri). (Foto: Ist)

PIONERNEWS.COM, TAPANULI SELATAN — Upaya mendorong percepatan pembangunan Kota Sipirok sebagai pusat pemerintahan dan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel) kembali menguat dengan digelarnya Lokakarya oleh Yayasan Tabagsel Institvte, pada Selasa (25/11/2025).

Lokakarya ini, mendapat dukungan luas dari sejumlah pihak. PT TSM dan PT ANA bertindak sebagai sponsor utama, ditambah bantuan donasi dari beberapa perantau asal Sipirok di Jakarta, yang menunjukkan tingginya perhatian diaspora Sipirok terhadap pembangunan kampung halaman.

Lokakarya yang mengusung tema, ‘Strategi Pengembangan Kota Sipirok sebagai Ibu Kota Kabupaten Tapanuli Selatan untuk Peningkatan Kesejahteraan Rakyat’ ini, digelar di Sopo Namora, Desa Sumuran, Kelurahan Baringin, Kecamatan Sipirok.

Bupati Tapsel, Gus Irawan Pasaribu, yang hadir sebagai keynote speaker, membuka langsung acara tersebut. Ia menyampaikan apresiasi tinggi kepada Ayub Suleman Pulungan, Ketua Yayasan Tabagsel Institvte, yang pada September lalu mengajukan gagasan penyelenggaraan kegiatan tersebut.

“Lokakarya ini sangat relevan karena menghadirkan para narasumber potensial yang memiliki hubungan kuat dengan Sipirok dan Tapanuli Selatan,” kata Bupati.

Salah satu tokoh penting yang hadir adalah Prof Hermanto Siregar, Guru Besar IPB sekaligus Rektor Perbanas Institute Jakarta. Tokoh nasional berdarah Sipirok ini dikenal memiliki kepedulian mendalam terhadap pembangunan daerah.

Selain Prof Hermanto, lokakarya juga diisi oleh pembicara dari beragam bidang:

  1. Dr Eddy Irsan Siregar, kandidat Guru Besar UMJ;
  2. Dr Dwi Lindarto, ahli perencanaan wilayah dari USU;
  3. Chandra Rambey, CEO PT Provalindo dan figur penting di REI Jakarta;
  4. Asep Wardayanto;
  5. Ismail Hasibuan, mewakili Kepala BPR/ATR Tapanuli Selatan;
  6. Serta, Ayub Suleman Pulungan, yang selama ini intens mengembangkan budidaya kopi Sipirok.

Para pembicara memberikan sejumlah rekomendasi strategis kepada Pemkab Tapsel terkait tiga sektor utama yang meliputi, pertanian, pariwisata, dan pengembangan tata kota.

Dalam pemaparannya, Prof Hermanto memperkenalkan konsep ‘Sipirok-The Sustainable Center’, sebuah kerangka pembangunan pertanian berkelanjutan yang mengintegrasikan Klaster Agroindustri Sipirok (KAS) dan keberadaan Sekolah Petani sebagai penggerak peningkatan kapasitas sumber daya manusia.

“Konsep ini diharapkan mampu memperkuat keunggulan pertanian Sipirok melalui pendekatan yang holistik,” terangnya.

Sedangkan Ayub Suleman, menambahkan pentingnya kebijakan yang lebih kuat untuk mendukung komoditas daerah, khususnya kopi Sipirok. Ia mendorong Pemkab Tapsel menyusun peraturan daerah (Perda) tentang penetapan komoditas unggulan.

Sehingga, alokasi anggaran pengembangan, baik budidaya, pasca panen, maupun pemasaran, dapat diberikan secara wajib melalui APBD. Ia mengingatkan bahwa, kopi, salak, tenun, dan aren, sebenarnya sudah ditetapkan sebagai komoditas unggulan melalui Keputusan Bupati pada era Syahrul M Pasaribu.

“Namun belum diperkuat oleh regulasi tingkat Perda,” ucapnya.

Ayub juga mengusulkan penerapan aplikasi ketertelusuran kopi Sipirok berbasis Indikasi Geografis (IG). Langkah ini, menurutnya, tidak hanya memperkuat kedaulatan kopi Sipirok sebagai produk IG, tetapi juga meningkatkan pendapatan petani.

Khususnya peningkatan pendapatan petani melalui jalur pengolahan dan perdagangan di bawah Koperasi Merah Putih Produsen Kopi Sipirok yang akan dibentuk.

“Pemkab Tapanuli Selatan perlu segera merevitalisasi MPIG Kopi Sipirok, lembaga pemegang hak merek IG yang seakan berada dalam kondisi mati suri selama lima tahun terakhir,” tegasnya.

Dalam sektor tata kota, beberapa rekomendasi menarik muncul dari diskusi. Salah satunya adalah usulan mengganti nama Alun-alun Sipirok menjadi Adian Pardomuan.

Perubahan nama ini, diharapkan memperkuat identitas budaya lokal sekaligus menjadikan kawasan tersebut sebagai night market untuk mendorong perekonomian masyarakat.

Rekomendasi lainnya adalah revitalisasi kawasan perkantoran untuk diubah menjadi pusat niaga. Sementara, fungsi perkantoran pemerintahan direlokasi ke area lain. Lokakarya juga menyoroti pentingnya perluasan APL (area peruntukan lain) atau kawasan putih.

Hal ini bertujuan untuk membuka ruang bagi pengembangan permukiman, pusat pendidikan, fasilitas kesehatan, dan sentra perdagangan. Perluasan ini diusulkan berada di sekitar kawasan HTI, yakni 200 Meter kiri-kanan sepanjang jalan nasional dari area perkantoran Bupati hingga Pasar Sipirok.

Pembangunan infrastruktur kota diharapkan dilakukan secara terintegrasi dengan proses penyusunan RDTR Kota Sipirok serta review RTRW Kabupaten Tapsel.

Dewan Pengembangan dan Branding ‘Harmonia’

Pada sektor pariwisata, lokakarya mengusulkan pembentukan Dewan Pengembangan Pariwisata Tapsel sebagai lembaga pengkoordinasi arah pengembangan pariwisata daerah. Konsep pariwisata Hala (ramah muslim) juga diangkat sebagai pendekatan yang sesuai karakter masyarakat.

Branding pariwisata Tapsel disarankan menggunakan tema ‘Harmonia alam, budaya, sejarah, dan petualangan’, yang merefleksikan kekayaan dan keunikan daerah.

Selain itu, lokakarya juga menyoroti perlunya penyelenggaraan even tahunan berkelas nasional maupun internasional, termasuk menghidupkan kembali Festival Kopi Sipirok yang pada 2014 berhasil meraih rekor MURI.

Penyerahan Rekomendasi, Harapan Baru untuk Sipirok

Menjelang penutupan, Ketua Umum Yayasan Tabagsel Institvte Ayub Suleman dan Wakil Bupati Tapsel H Jafar Syahbuddin Ritonga, melakukan penandatanganan serah terima rekomendasi lokakarya.

Secara simbolis, rekomendasi diserahkan oleh Prof Hermanto kepada Wakil Bupati, disaksikan oleh Ayub Suleman serta Pembina Yayasan Tabagsel Institvte, Ali Muda Siregar.

Lokakarya ini menjadi tonggak penting bagi upaya merumuskan strategi pengembangan Kota Sipirok sebagai ibu kota kabupaten yang maju, berdaya saing, dan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat Tapsel.

Diskusi tersebut turut melibatkan tokoh-tokoh Sipirok, termasuk mantan Bupati dua periode H Syahrul M Pasaribu, Wakil Bupati dua periode Aldin Rapolo Siregar, serta tokoh lainnya seperti, Osa Siregar dan Zubeir.

Semangat yang muncul dalam lokakarya itu bahkan mengingatkan suasana ketika masyarakat Sipirok mendukung gagasan Marsipature Hutanabe pada era Gubernur Sumatera Utara, Raja Inal Siregar. (Rel/Reza FH)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *