PIONERNEWS.COM, TAPANULI SELATAN – PT Agincourt Resources (AR), kembali torehkan pencapaian gemilang di tingkat Nasional dengan meraih dua penghargaan di Tamasya Award 2024 dari Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
Selain itu, pengelola Tambang Emas Martabe di Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel) ini juga menyabet 7 penghargaan di ajang Indonesian Sustainable Development Award (ISDA) 2024.
Penghargaan ini, diberikan atas program unggulan pengembangan dan pemberdayaan masyarakat (PPM) yang telah dijalankan PTAR sebagai bagian dari komitmen kuat untuk mendukung tujuan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs).
Wakil Presiden Direktur PTAR, Ruli Tanio, dalam rilis yang diterima, Jumat (06/12/2024), mengatakan Perusahaan berkomitmen untuk menciptakan nilai tambah dan dampak positif bagi semua pemangku kepentingan.
Khususnya, untuk mendukung pengembangan masyarakat dan ekonomi lokal sekaligus berkontribusi pada peningkatan kualitas hidup jangka panjang yang berkelanjutan. Penghargaan ini merupakan bukti nyata dari upaya berkelanjutan.
“Penghargaan ini juga membuktikan kontribusi kami pada kesejahteraan masyarakat dan kelestarian lingkungan di sekitar wilayah operasional, dan pada pertumbuhan ekonomi, serta pencapaian SGDs, antara lain pada tujuan 2 dan 13,” kata Ruli.
PPM PTAR berfokus pada 8 pilar utama, yakni pendidikan, kesehatan, peningkatan pendapatan riil atau pekerjaan, kemandirian ekonomi, sosial budaya, pengelolaan lingkungan, kelembagaan komunitas, dan infrastruktur, dengan target utama masyarakat di 15 desa lingkar tambang.
Sepanjang 2023, PTAR telah melaksanakan 76 PPM yang memberi manfaat bagi 9.407 individu. Tamasya Award dan ISDA menjadi pemicu PTAR untuk terus berinovasi dan berkontribusi lebih besar bagi pemberdayaan masyarakat.
“Tentunya berkolaborasi dengan para pemangku kepentingan demi mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan,” tutur Ruli.
Di Tamasya atau singkatan tambang menyejahterakan masyarakat Award yang digelar pada 26 November 2024 lalu, sekaligus penutup Minerba Expo ini, PTAR meraih 2 penghargaan kategori perencanaan dan implementasi bidang kemandirian ekonomi.
Penghargaan diterima langsung oleh Direktur PTAR, Noviandri. PTAR juga berpartisipasi di Minerba Expo sebagai peserta pameran yang menyajikan produk kuliner binaan Perusahaan.
Sementara, di ISDA yang digelar 28 November 2024, PTAR membawa pulang penghargaan Platinum atas program penanggulangan stunting lewat Bapak Asuh Anak Stunting (BAAS), revitalisasi Posyandu, dan pelayanan kesehatan bergerak.
Juga memboyong 4 penghargaan Gold atas program dukungan ke kelompok perempuan melalui pelatihan kuliner dan make-up artist, revitalisasi adat lubuk larangan untuk melestarikan ikan jurung, pembinaan atletik muda berbakat di komunitas lokal, serta peningkatan kualitas pendidikan lewat pengembangan infrastruktur.
“Adapun, penghargaan silver diraih atas program media capacity building dan Olympiade Agincourt Resources (OlympiAR),” cetus Ruli.
Tuntaskan Stunting
PTAR bergulat menangani stunting di Kecamatan Batang Toru sejak 2022. Saat itu, 7 anak dinyatakan stunting. Manager Community Development PTAR, Rohani Simbolon, mengatakan, situasi itu menggerakkan Perusahaan untuk bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Tapsel, Puskemas Batang Toru, dan perangkat daerah lainnya.
Tiga program sekaligus digelar, yakni Program revitalisasi Posyandu yang saat ini ada di 14 desa, Program Bapak BAAS, dan pelayanan kesehatan yang bergerak melalui bakti sosial pengobatan gratis ke Desa-desa yang jauh dari fasilitas pelayanan kesehatan.
“Kami memahami bahwa stunting merupakan masalah gizi yang menimbulkan berbagai dampak dan berpengaruh terhadap kehidupan generasi selanjutnya. Penanganan anak stunting tidak hanya berfokus pada tindakan kuratif, melainkan juga pada tindakan preventif dan berkelanjutan,” ujar Rohani.
Manfaat program BAAS sangat dirasakan Tetty Lanna Sari Hasibuan, warga Desa Sumuran, Kecamatan Batang Toru. Ibu rumah tangga berusia 42 tahun ini bercerita anaknya yang kala itu berusia 7 bulan dinyatakan stunting oleh Puskemas lantaran tumbuh kembang si anak tidak sesuai dengan umurnya.
Ia lantas disarankan oleh Puskesmas untuk mengikuti program BAAS. Setiap dua pekan, Tetty membawa anaknya yang stunting ke Puskemas Batang Toru untuk diperiksa dokter spesialis anak. Ia juga mendapat bantuan susu dan vitamin sesuai resep dokter.
“Sekarang anak saya sudah berusia setahun 8 bulan. Kondisinya jauh lebih baik dan semakin aktif. Pihak Puskesmas menyampaikan bahwa bulan depan anak saya selesai mendapatkan penanganan dan akan dinyatakan bebas stunting,” ungkap Tetty merasa senang.
Tidak berhenti begitu saja, PTAR meneruskan program penanganan stunting dengan berbagai upaya di antaranya, mendorong Posyandu yang sudah dibina untuk memiliki program inovasi serta membentuk komunitas Kader Pembina untuk menjaga keberlanjutan pembinaaan berkonsep peer educator sesama kader.(Reza FH)