Ikan ‘Keramat’ di Tapsel
*Cerita Bersambung*
Pionernews.com, Tapanuli Selatan
Di Sumatera Utara, keberadaan ikan yang terkenal dengan nama Jurung ini, biasanya sudah sangat langka. Namun ikan dengan nama umum Mahseer ini malah banyak ditemukan di sebuah Kelurahan di Kecamatan Angkola Sangkunur, Tapanuli Selatan (Tapsel).
Warga Angkola Sangkunur, Tapsel, menganggap hewan ini sebagai ikan ‘keramat’. Jumlahnya juga tidak tanggung-tanggung. Ribuan ikan Jurung hidup ‘akur’ dan berdampingan dengan warga sekitar.
Di daerah lain, banyak orang memburu ikan Jurung. Sebab, rasa dagingnya sungguh nikmat dan memiliki nilai jual tinggi. Namun tidak di kampung ini.
Ribuan ekor ikan dari ukuran kecil hingga sebesar paha orang dewasa, siapapun orangnya, tidak ada yang mengonsumsi.
Warga membiarkan ikan-ikan itu hidup apa adanya. Terkecuali, jika warga menemukannya dalam keadaan mati.
Jika mati, warga menjualnya dan mereka menggunakan hasilnya untuk keperluan masjid yang ada.
Kumpul Sitompul (70) salah satu Tokoh Masyarakat setempat mengisahkan. Sekitar tahun 1900-an, kata Kumpul, ada seorang Tuan Syekh bernama Muhammad Syarif, yang mengunjungi Kampungnya.
Tuan Syekh tersebut, berasal dari Tabuyung, Kabupaten Madina (Mandailing Natal), masih bertetangga dengan Tapsel.
Saat itu, kedatangan Tuan Syekh tersebut untuk mengajarkan ajaran islam (tarikat/suluk,red) bagi masyarakat di kampung mereka.
Rupanya, sehari-hari warga hanya memiliki satu aliran Sungai (sungai Rianiate-red). Warga menjadikan Sungai tersebut sebagai tempat untuk melakukan kegiatan seperti, mandi, mencuci, hingga membuang hajat.
Tuan Syekh ingin menjaga air Sungai agar tetap bersih dan warga dapat mempergunakannya untuk melakukan ibadah (wudhu-red). Melihat itu, Tuan Syekh akhirnya mencari cara guna mengatasinya.
Tuan Syekh pun pergi ke bagian hulu Sungai dan mendapatkan 7 ekor ikan jurung. Setelah membaca doa di dua tempat yang berada di lokasi saat ini, Tuan Syekh pun melepaskan ikan-ikan itu.
“Dulu ikan merah (sebutan lain warga-red) ini, tidak ada di aliran sekarang ini. Adanya di hulu Sungai. Dan Tuan Syekh itulah yang membawanya kemari,” ungkap Kumpul yang mengaku sewaktu masa anak-anaknya sudah menerima cerita itu.
Ternyata, warga tidak hanya sekedar melepas ikan-ikan itu saja. Tuan Syekh juga memberi ‘maklumat’ kepada masyarakat untuk tidak sekali-kali mengambil.
Tuan Syekh, juga tidak memperbolehkan warga mengganggu ikan-ikan tersebut. Dan hal itu pulalah, hinnga saat ini yang menjadi dasar bagi warga sekitar tidak ada yang berani mengganggunya.
“Jadi sudah turun temurun cerita itu kita pedomani, sehingga tidak ada satupun warga yang berani mengganggunya,” jelasnya.
Uniknya lagi, ribuan ikan-ikan itu hidup ‘akur’ dan berdampingan dengan warga sekitar. Seperti saat anak-anak dan warga masuk ke dalam air.
Saat warga mandi, mencuci, dan keperluan beribadah, ikan-ikan itu bukannya menghindar. Mereka malah seperti menyatu dan bersahabat.
Apalagi, jika warga memberi panganan, spontan ribuan ikan-ikan langsung berebut. Bagi warga, ini pemandangan dan hal yang sudah biasa, jadi tidak heran lagi. Sebab, warga memang benar-benar menjaganya.
“Bahkan untuk membuktikannya, kami membuat peraturan sendiri dan melarang warga untuk mengganggu apalagi sampai menangkap dan memakannya,” tukas Kumpul dan mengaku pernah ada orang yang meninggal akibat melanggar aturan tersebut. (bersambung)
Tidak ada komentar