PIONERNEWS.COM, TAPANULI SELATAN – Guna memberikan kebermanfaatan seluas-luasnya bagi kawasan lingkar tambang, PT Agincourt Resources (AR) “sulap” sampah atau limbah organik jadi cuan bagi masyarakat yang tergabung dalam Koperasi Imajinasi Cerdas Berkarya (ICB).

Selain “sulap” sampah atau limbah organik jadi cuan bagi masyarakat lingkar tambang, bersama Koperasi ICB, PT AR juga mampu membuat pupuk kompos dari sisa kegiatan pertambangan di sana. 70 persen limbah domestik PT AR mampu “disulap” Koperasi ICB menjadi berbagai hal bermanfaat.
“Sampah-sampah organik (dari aktivitas pertambangan) 70 persen bisa didaur ulang. Misalnya menjadi ecoenzym (pupuk cair ke tanah pengganti dolomit),” kata Bendahara Kopersi ICB, Jayanti Fauzi Siregar, ke wartawan, Kamis (26/09/2024) di WSF (waste sortation facility/fasilitas pemilahan sampah) di Site PT AR.
Lebih jauh, Jayanti memaparkan, bahwa, Koperasi ICB selaku pengelola sampah domestik perusahaan, juga mampu “menyulap” limbah organik PT AR untuk pakan magot (larva lalat-red) kering, pupuk kompos karung, kompos blok, furniture, dan kerajinan tangan bernilai seni tinggi.
“Sedangkan 30 persen sampah domestik yang tidak bisa didaur ulang lagi semisal residu kayu ataupun tanah atau kain di tempatkan ke Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) di Aek Sirara, Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel),” jelas Jayantri.
Jayantri menjelaskan, sampah domestik PT AR sendiri, terdiri dari 14 material organik dan anorganik misalnya, plastik dan kaca. Dia merinci, pihaknya bisa memanen magot yang pakannya dari limbah organik setiap bulan sebanyak 2 sampai 3 Kg.
Ia mengaku, Koperasi ICB di bawah binaan PT AR, selaku pengelola Tambang Emas Martabe, sejak 2022 telah melakukan pengembangbiakan magot. Sedangkan kegunaan pupuk kompos, kompos blok, maupun ecoenzym biasanya diperuntukkan untuk Fasilitas Pembibitan (Nursery Facility) yang dikelola PT AR.
“Sebagian yang lain, sudah ada yang kami pasarkan ke masyarakat sekitar lingkar tambang,” terangnya.
Untuk pupuk kompos, sebutnya, bisa terjual 50 sampai 80 Karung. Per Karung beratnya 25 Kg dengan harga Rp25 ribu. Sementara, ecoenzym bisa terjual 80 sampai 100 botol seharga Rp10 ribu per botol. Magot Rp10 ribu per bungkus atau sekitar 1 Ons. Sehingga, rata-rata total omzet Koperasi ICB per bulan Rp5 sampai Rp10 juta.
Ia menuturkan, bahan baku ecoenzym sendiri, berasal dari buah dan gula merah dengan masa panen per 3 bulan sekali. Selama ini, aku Jayantri, pihaknya rutin menyosialisasikan ke masyarakat tentang keunggulan pupuk organik dari sampak domestik PT AR.
“Sehingga, masyarakat mau beralih dari pupuk anorganik ke pupuk organik. Dari segi ekonomis, penggunaan pupuk organik juga jauh menguntungkan dari anorganik. Selain itu, juga lebih ramah lingkungan karena tidak mengandung bahan kimia,” beber Jayantri.
Sebelumnya, Jayantri menerangkan bahwa, Koperasi ICB beranggotakan 20 orang. 15 di antaranya diberdayakan di WSF yang 5 lainnya di Bank Sampah Naposo Hamubaon, Desa Hapesong Baru, Kecamatan Batang Toru. Bank Sampah ini, juga binaan PT AR yang sudah berjalan di 3 Desa.
“Saat ini, di Bank Sampah itu tengah dibangun Gudang bantuan dari PT AR dan binaan PT AR dan sudah berjalan di 3 Desa,” pungkasnya.
Sementara itu, Superintendent-Environmental Site Support PT AR, Syaiful Anwar, menjelaskan bahwa, total sampah domestik harian perusahaan rata-rata seberat 800 Kg hingga 1 Ton lebih yang dipilah untuk didaur ulang.
“Sedangkan sisa sampah domestik lainnya, di tempatkan di TPST Aek Sirara yang pengelolaannya di-suport dan di-suplai perusahaan untuk bugdeting-nya. Sehingga, tidak ada sampah domestik dari PT AR yang dibakar,” tuturnya.
Syaiful melanjut, untuk limbah logam dikelola di areal khusus. Menurutnya, ada 3 jenis limbah domestik dari PT AR yaitu, padat, B3 (bahan berbahaya dan beracun), serta scrap metal. Dan semua pengelolaan limbah PT AR sudah berlangsung dengan baik dengan memperhatikan kelestarian lingkungan.
“Dalam pengelolaan limbah domestik juga, perusahaan bekerjasama dengan Koperasi lain misal, Sarop Do Mulana di Kelurahan Aek Pining, Kecamatan Batang Toru. Kemudian, Koperasi di Arta Jaya, Kota Medan. Bank Sampah Sarop Do Mulana ini juga di bawah binaan PT AR,” tukasnya.
Fasilitas Pembibitan
Selanjutnya, Mahyu Dharsono, selaku Supervisor-Environmental Rehabilitation PT AR, menjelaskan, kawasan Fasilitas Pembibitan di perusahaan merupakan upaya penopang reklamasi perusahaan.
Untuk bibit di Fasilitas Pembibitan ini, pihaknya mengambil dari Hutan yang kemudian disemaikan. Kemudian juga, dari biji-bijian yang nanti dikecambahkan di Fasilitas Pembibitan. Selanjutnya, perusahaan menyuplai bibit dari masyarakat lokal seperti, benih buah-buahan yang dibeli.
Menurut Mahyu, dari 3 sumber benih tersebut hingga Agustus 2024, di Fasilitas Pembibitan PT AR telah memiliki 50.000 bibit tanaman yang ditanam. Untuk stok di Fasilitas Pembibitan ada 30.000 tanaman. Kemudian untuk jenis bibit yang ditanam ada 40.
Prinsipnya, kata dia, penanaman di areal reklamasi yang diutamakan terlebih dahilu adalah tanaman pionir untuk melindungi tanaman lokal. Tanaman pioner ini antara lain, Sengon, Trembesi, hingga Gemelina. Sedangkan tanaman lokalnya ada kacang-kacangan, buah-buahan, dan lain sebagainya.
Jarak tanaman pelindung atau pionir ini, lanjut Mahyu, biasanya 3×3 Meter. Di antara bibit pionir ini disisip dengan tanaman lokal. Saat ini, total ada 53 Hektare yang ditanam di area reklamasi. Begitu juga area konservasi. Pihaknya juga melakukan pengembangan penanaman di sana.
“Kemudian, PT AR juga menyediakan Laboraturium Mikrobiologi, mikoriza (jamur) adalah yang dimanfaatkan ke area reklamasi,” sebutnya.
Ia mengulas, jamur mikoriza ini adalah perpanjangan tangan tanaman untuk menyerap unsur hara akar di tanah. Harapannya juga, tanaman bisa cepat tumbuh dan memperoleh banyak makanan dengan adanya mikoriza ini. Tanaman lokal, juga bisa memakai mikoriza ini.
“Mikoriza ini sumbernya dari alam. Mikoriza ini sifatnya bersama inang. Tanpa inang tak bisa hidup. Kami kembangkan, murnikan, dan perbanyak Mikoriza ini di Rumah kaca. Miko berarti jamur dan riza akar, yaitu jamur yang bersimbiosis dengan akar tanaman. Sehingga tanaman bisa memperoleh makanan lebih banyak,” ungkap Mahyu.
Mahyu mengaku, adapun tantangan yang di hadapi pihaknya dalam mengelola Fasilitas Pembibitan adalah di area tambang ini, unsur hara tanahnya tipis. Kemudian, area reklamasi juga berada di lereng. Namun pihaknya bisa mengatasi berbagai kendala itu dengan memilih tanaman yang sesuai unsur haranya agar bisa ditanam di areal reklamasi.
Artinya, pihaknya menanam tanaman yang tahan di tempat tanam yang ekstrem. Kemudian, pihaknya memfasilitasi pengembangan teknologi pengembangan flora dan fauna ini di Biodiversity. Harapannyaz dengan pengembangan teknologi Mikoriza ini, dapat membuat tanaman tetap dapat nutrisi yang cukup untuk tumbuh, meski unsur haranya tipis.
Selanjutnya, pihaknya juga memiliki Tim yang melakukan perawatan dan keliling di area reklamasi dengan membersihkan bagian batang Pohon yang ada gulma-nya. Kemudian, kendala lain terdapat pada Pohon Sengon. Di mana, Daun Pohon Sengon sering dimakan Rusa.
Di sisi lain, Sengon juga termasuk tanaman tangguh. Meski usia hidup Pohon Sengon pendek, jika daunnya hilang akan tumbuh lagi. Maka solusinya, pihaknya mengganti Sengon dengan Pohon Waru karena Rusa tidak mau memakannya.
Sehingga, area reklamasi PT AR jadi rimbun dengan adanya Pohon Waru ini. Hanya dengan usia 2 tahun tanam, Pohon Waru bisa menaungi tanaman lokal karena bisa membuat areal pertanaman lebih teduh.
“Harapan kami, tanaman lokal atau buah-buahan tadi kita tanam, supaya hewan-hewan di sekitar area reklamasi bisa memakannya. Harapannya juga, ketika Tambang ini nanti sudah tidak beroperasi, hewan-hewan ini bisa memakan tanaman lokal berupa buah-buahan itu,” katanya.
Mahyu menyebut, selain berupaya untuk melestarikan flora yang ada di sekitar lingkar tambang lewat Fasilitas Pendidikan, pihaknya juga menjaga ekosistem fauna di areal reklamasi. Di mana, pihaknya menyediakan Klinik Hewan yang berfungsi untuk menyelamatkan satwa-satwa liar di areal tambang jika ada yang terluka.
Pernah, ucap Mahyu, ada kasus temuan Biawak yang kakinya lecet, kemudian diobati sebelum dirilis ke alam. Pihaknya, juga pernah menmukan Rusa yang kakinya lecet akibat terpeleset dan diobati di Klinik Hewan, sebelum kita rilis ke alam.
“Jadi, PT AR benar-benar memperhatikan kelestarian flora dan fauna di areal tambang ini. Sehingga, seusai berakhirnya aktivitas pertambangan, flora dan fauna yang ada tetap lestari. Dan ini mungkin satu-satunya pengelolaan terbaik di perusahaan tambang ada di PT AR. Terbukti, baru-baru ini PT AR kembali mendapat penghargaan terkait hal tersebut,” tukasnya.